Kamis, 03 April 2008

Idiologi Beragama

Nama : Sadari Ahmad, S.H.I
Mahasiswa : Pasca Sarjan(PPs) UIN-SUKA Sunan kalijaga

IDIOLOGI BERAGAMA

Setiap orang selalu mendambakan bahwa mendapatkan pasangan yang tentunya bisa memberikan kebahagiaan pada dirinya. Kebahagiaan batin bisa berbeda dalam setiap individu ketika mengalami gejolak cinta terhadap pasangannya.
Pasangan yang bercinta akan mengalami rasa kasih dan sayang yang tulus. Maka dari itu rasa kasih dan sayang yang tulus inilah yang bisa mengalahkan segala idiologi yang selama ini mereka miliki. Setiap orang tidak bisa memberi jaminan untuk menjalankan kehidupan keluarga dengan sebuah kebahagiaan. Agama Cuma memberikan tuntunan dan itu merupakan sebuah pilihan yang tergantung kita menjalankannya. Namun demikian Agama merupakan sebuah keyakinan dari Tuhan yang tidak mungkin lepas dalam kehidupan manusia.
Ada sebuah pertanyaan apakah eksisitensi sebuah keluarga harus dengan sebuah idiologi yang sama. Ini harus menjadi kajian yang serius, karena secara realita itu juga memang benar bahwa Agama implikasinya adalah pada ritual dan perilaku keberagamaannya. Apabila dalam keluarga mempunyai ritual dan perilaku keberagamaan yang sama, akan memperkuat eksistensi agamanya dan secara otomatis membawa dampak eksistensi terhadap ikatan dalam keluarganya itu.
Tapi mari kita mengkajinya pada peristiwa sebaliknya apabila dalam jalinan keluarga yang mempunyai idiologi yang berbeda ternyata juga dalam ikatan keluarganya bisa eksis. Menurut sepengamatan kami dalam keluarga seperti ini, memang harus ada jurus atau taktik lain yang harus dimiliki dalam keluarga tersebut, yakni hormat-menghormati dalam setiap perbedaan. Disini akan terjalin dua buah etika-moral yang disatukan dan saling bersinggunagn serta saling kait-mengait untuk terus memperkuat jalinan kasih dalam keluarga tersebut.
Ada juga argumen lain bahwa memang terkadang kita sebagai manusia yang beragama salah dan terpengaruh dalam pema’naan doktrin dan pema’an luar yang selalu kita pahami bahwa dengan ikatan keluarga yang berbeda idiologi berarti mempersulit diri sendiri dan dalam dimensi akhirat seakan-akan tidak mempunyai nilai sama sekali.

Yogyakarta, Jum’at, 28 Maret 2008
Sadari Ahmad

Tidak ada komentar: